|
Amah Hida (Moderator: kiri) dan Penulis, novel Catatan Senja Shakayla A. El Queena |
Senin, 19 Desember 2022
tepatnya setelah ashar tampak puluhan jama’ah Masjid Rabi’ah al Adawiyah masih
tidak beranjak dari masjid, menjelang jam 15.30 tampak beberapa motor dan
kendaraan roda empat mulai parkir memenuhi hamalan masjid tersebut. Para jamaah
yang didominasi ibu-ibu, mahasiswi, dan remaja putri mulai berdatangan masuk ke
lantai 2 masjid yang terletak di Jalan Batoro Katong, tepatnya di sebelah timur
Kantor Kelurahan Cokromenggalan Ponorogo. Sebuah event rutin akan segera dilaksanakan.
Ta’mir Masjid sibuk untuk mengatur tata suara dan cahaya. Namun ada yang tidak
biasa kali ini karena Kajian kali ini bukan kajian keagamaan tetapi membedah
Novel Catatan Senja karya novelis muda, Shakayla yang diterbitkan oleh CV.
Pustaka El Queena.
Apa istimewanya Novel
ini hingga perlu dibedah? Tentu saja ada yang istimewa, karena novel ini
ditulis oleh seorang remaja putri yang masih duduk di kelas VI Sekolah Dasar,
tepatnya di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. Disamping itu kedalaman makna yang ada
dalam novel ini menjadi daya pikat tersendiri bagi para jama’ah yang hadir. Karena
itulah antusiasme ditunjukkan oleh mereka karena acara dikemas dalam bentuk
talkshow dan dan memberikan ruang dialog langsung kepada penulis novel
tersebut.
Sebagai moderator acara
adalah Amah Hida, seorang trainer dan konselor yang berpengaruh di Ponorogo.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh moderator dan para jama’ah untuk mendapatkan
inspirasi, tips dan triks agar bisa menghasilkan sebuah karya tulis. Pada
kesempatan itu, Shakayla memaparkan perjalanannya dalam menulis, beberapa karya
yang telah ditulis dan berhasil diterbitkan. Shakayla juga menjelaskan bahwa
Novel ini berawal dari keprihatinan penulis melihat di masyarakat, dimana masih
ada beberapa orang tua yang kurang memperhatikan anak-anaknya, tidak membangun
komunikasidengan anak-anaknya, dan ini
berdampak pada anak yang mencari perhatian dengan cara yang lain, yang
terkadang bisa negatif. Novel ini juga “menyentil” orang tua yang berdalih
menghabiskan waktu untuk bekerja demi anak-anaknya, tetapi di saat yang lain
justru hal tersebut merugikan anak-anaknya, karena kurangnya waktu dan
perhatian kepada anak-anaknya.
Para audience pun dibuat
terkesima dengan jawaban dan pejelasan dari penulis, yang meskipun baru kelas
VI SD tetapi mampu menjawab dengan cara yang runtut, terarah dan mengesankan. Beberapa
quote seperti yang ditulis dalam novel juga dipaparkan maksudnya oleh
penulis. Seperti “jika kau ingin hidup tenang, maka kau tidak akan dewasa.” Di sini
penulis menjelaskan bahwa tidak semua keinginan itu bisa terpenuhi, tetapi
Alloh SWT akan memenuhi semua yang kita butuhkan bukan semua yang kita
inginkan. Semua kesuksesan memerlukan perjuangan dan kerja keras bukan
tiba-tiba datang begitu saja.
Kurang lebih 1,5 jam
bedah novel dilaksanakan, karena asyiknya dialog antara audience dengan
penulis, hingga tidak terasa waktu hampir menjelang maghrib. Para jama’ah yang
hadir dalam acara tersebut , berharap ada kesinambungan acara dan mereka
mengusulkan agar bisa mengajak anak-anaknya yang masih usia sekolah, sehinggadapat
terinspirasi oleh penulis cilik ini. Bedah
Novel ditutup dengan Do’a dan foto bersama dengan penulis. (HAR)